Sulitanya Mencari Pekerjaan Di Negeri Sendiri

     Pagi ini saya di sibukkan dengan keterlambatan masuk kampus, dengan alasan waktu tidur yang tidak cukup karena bergadang oleh tugas, itulah andalah mahasiswa ketika ditanya kenapa terlambat, kota Bandung, tepatnya di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung saya menempuh pendidikan saat ini, seperti biasa jadwal pagi hari sudah menjadi santapan mahasiswa semester tiga awal, dengan sedikit bermalas-malasan itulah saya terlambat, melihat jam menunjukkan 06.05 saya bergegas menuju kampus dengan harapan dosen pagi belum masuk ruang kelas.
     Saya berjalan cepat  menuju kampus yang bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 5 menit berjalan kaki, namun tidak jauh dari kosan saya, pandangan ini tertuju pada seseorang di depan saya semakin langkah ini mendekat, terlihat dari samping dia adalah seorang lelaki yang sudah mulai berumur namun tidak terlalu tua juga, terlihat masih memiliki tenaga yang cukup kuat untuk berjalan jauh sambil membawa benda petik, mungkin itu adalah sahabat di setiap perjalanan rasanya, benda itu adalah gitar.
     Langkah ini sejenak terhenti, dan melihat aksi yang ditunjukkannya di depan gerbang rumah yang masih tertutup rapat sekali, entah karena masih pagi pemilik rumahpun belum keluar untuk menikmati udara pagi, namun laki-laki itu masih melanjutkan permainan gitarnya sambil bernyanyi dan berusaha menunggu pemilik rumah memberi sedikit rezeki kepadanya. Rasa iba yang mulai muncul dalam hati ini, namun tak sempat diri ini untuk memberikan sedikit rezeki.
     Lamunanku yang terfokus pada laki-laki itu terhenti setelah dia berhenti bernyanyi, tanpa disadari saat melihat jam tangan ternyata saya melihat pertunjukan lelaki itu cukup lama, dalam keadaan terburu-buru saya melanjutkan perjalanan menuju kampus, namu sulit untuk fokus diperjalanan, pikiran ini terbang begitu jauh, dalam hati saya berkata sungguh miris negeri ini, banyak sekali orang-orang yang menganggur salah satunya lelaki yang baru kutemui tadi, mungkin dalam hatinya dan keinginan  dia itu adalah memiliki pekerjaan yang tetap, tapi tersadarlah dalam pikiran ini, begitu banyak warga negara asing yang masuk dan bekerja di negeri ini, sungguh miris pemerintah saat ini yang tidak melihat rakyatnya yang begitu kesulitan mencari pekerjaan yang layak, tersadar sudah semuanya hanya karena keutamaan kerjasama dengan negara lain.
      Tak terasa lamunan ini sampai di pintu kelas dimana semuanya sudah masuk, namun keberuntungan masih dipihak saya dosen pagi ini belum masuk kedalam kelas, tanpa disadari saya kembali teringat lelaki itu, mungkin setelah pertemuan tadi dia melanjutkan perjalanan rasa menuju setiap rumah untuk mencari rezeki demi keluarga dirumahnya. Diri ini sungguh geram melihat kejadian yang baru saja terjadi, saya ingin sekali menyampaikan pada pemerintah negeri ini, coba lihat rakyatmu ini, begitu banyak sekali yang menganggur saat ini, mungkin diluar sana pun ada yang bernasib sama seperti lelaki tadi.
     Sungguh teriris hati ini jika harus melihat kejadian seperti tadi di setiap harinya, tanpa kusadari inipun menjadi cambukan bagi diriku untuk bisa menjadi seseorang yang berguna bagi negerinya ini, dan tidak menjadi orang yang bernasib sama seperti lelaki itu. Hatiku berkata kuatkan tekad dan belajar menjadi yang terbaik muali dari kejadian pagi ini.

Muhamad Taufiq Hidayat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Curhatan Seorang Mahasiswa Salah Jurusan

Kisah Perjuangan Dalam Cinta Segitiga

Memendam Sendiri